Senin, 16 Mei 2016

PARERIA (SAYUR PARE CERIA)

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
“SAYURAN PARE”



Oleh :
1.     Delbra Aliffauziah    1533010003
2.     Alvian Cahya S.       1533010017
3.     Shafira Suci Utami   1533010020
4.     Norma Maharani     1533010025
5.     Muzayyanah A. A.   1533010043


TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


Kata Pengantar


           Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan  puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang sayur pare dan manfaatnya sebagai syarat peyelesaian tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Pangan dan untuk parapembaca.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah  tentang sayur pare dan manfaatnya ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


Surabaya, 03 Mei 2016



 Penyusun









Daftar Isi

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sayuran
2.2. Karakteristik Sayuran pare
2.3. Manfaat Pare
2.4. Kandungan kimia Sayuran Pare
2.5. Hasil Olahan Sayur pare
2.6. Pengolahan Sayuran Pare
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari komponen-komponen yang tersusun didalam bahan makanan hewani maupun nabati, termasuk nilai gizi dari bahan makanan tersebut; dan sifat-sifat ini dihubungkan dengan segi produksi serta perlakuan sebelum dan sesudah panen seperti penyimpanan, pengolahan, pengawetan, distribusi, pemasaran sampai ke konsumsinya dengan tidak melupakan pula hubungannya dengan keamanan para konsumen.
Pada umumnya bahan makanan tersusun oleh tiga pokok komponen yaitu karbohidrat, protein dan lemak serta turunannya, sedangkan sisanya yang hanya sebagian kecil terdiri dari bermacam-macam zat organic yaitu vitamin, enzim, zat penyebab asam, oksidan, antioksidan dan pigmen dan zat penyebab rasa dan bau (falvor) serta air. Dalam setiap bahan makanan komponen tersebut sangat bervariasi jumlahnya sehingga akan membentuk struktur, tekstur, rasa, bau, warna serta kandungan gizi yang berlainan pula.
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relative pendek dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan varietas sayur sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang berbeda beda, sehingga sebagai bahan pangan sayur sayuran dapat menambah varietas makanan. Ditinjau dari nilai segi gizinya sayur sayuran mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin berupa vitamin A dan C. Komposisi setiap macam sayuran berbeda beda dan dipengaruhi oleh beberapa varietas, keadaan cuaca, tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan dan kondisi penyimpanan. Pada dasarnya  sayuran dapat dibedakan menjadi lima kelompok sayuran yaitu
1.      Sayuran daun, contoh : bayam, selada, kol, sawi, kangkung, bayam merah
2.      Sayuran umbi, contoh : kentang, wortel, bit, bawang merah
3.      Sayuran buah, contoh : tomat, mentimun, petai, kacang panjang, pare
4.      Sayuran biji, contoh : kacang merah, kacang tanah, kacang kapri
5.      Sayuran batang, contoh: rebung, asparagus
Sayuran-sayuran tersebut memiliki manfaat dan kandungan yang berbeda-beda. Salah satu sayuran buah yang memiliki banyak manfaat adalah sayuran pare. Pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu tanaman tropis yang banyak terdapat di Asia, India, Afrika Timur, dan Amerika Selatan yang dimanfaatkan untuk mengobati diabetes melitus, sebagai antioksidan, hipokolesterolemia, dan hipotrigliseridemia. Di dalam buah pare banyak mengandung bahan aktif seperti cucurbitasin (zat pahit), momordikosid, momorkarin, momordisin, momordin, asam trikosapar, resin, asam resina, vitamin A, B, dan C, karantin, hydroxytryptamine, dan saponin.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.         Definisi Sayuran
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keaadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak terlebih dahulu, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus, digoreng, atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan.
      Pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu tanaman tropis yang banyak terdapat di Asia, India, Afrika Timur, dan Amerika Selatan yang dimanfaatkan untuk mengobati diabetes melitus, sebagai antioksidan, hipokolesterolemia, dan hipotrigliseridemia.
Pare (Momordica charantia L.) Sinonim Momordica balsamina Blanco, Momordica balsamina Descourt, Momordica cylindrica Blanco, Momordica jagorana C.Koch, Momordica operculata Vell, Cucumis africanus Lindl. Merupakan tanaman tropis, hidup di dataran rendah dan dapat merupakan tanaman yang dibudidayakan atau tanaman liar di tanah kosong. Bila dibudidayakan akan ditanam di ladang, halaman rumah, dirambatkan pada anjang anjang bambu, atau dipohon dan pagar. Pare mudah tumbuh memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur ditampat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari. Tanaman semusim berumur hanya setahun perambat dengan sulurnya mirip spiral membelit kuat untuk merambat. Mempunyai banyak cabang, batangnya segi lima. Pare berdaun tunggal, berjajar diatara batang berselang-seling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua.
2.2.          Asal Usul Dan Wilayah Penyebaran Pare
Pare dikenal dengan rasa pahitnya meskipun demikian, tidak sedikit orang yang mengkonsusmsinya dibalik rasa pahitnya terkandung khasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit. Disamping sebagai obat, pare juga banyak diolah menjadi aneka masakan yang lezat. Pare bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini dipergunakan berasal dari asia tropis, terutama Myanmar  dan India bagian barat, tepatnya di Assam. Tanaman ini juga ditemukan di Nepal, Sri Lanka, Cina, dan di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indoneisa. Namun, belum ada data secara rinci kapan tanaman ini masuk ke Indonesia.
Secara umum, pare banyak tumbuh di daerah tropis, termasuk di wilayah amazon, Afrika, Asia  dan Karibia. Tanaman pare ini ada yang  liar dan ada juga yang dibudayakan. Salah satu sumber sejarah yang paling awal tentang budidaya pare ditemukan dalam uraian yang bertulis oleh Li (1578). Li menjelaskan bahwa pare telah dibudidayakan di Cina bagian selatan pada abad ke-16. Menurur William dan NG peneliti asal Vietnam, jenis tanaman pare yang dibudidayakan di wilayah Cina tersebut sama dengan yang dibudidayakan di Indonesia. Di Jepang pare juga telah lama dikenal terutama oleh penduduk Okinawa yang mengonsumsinya baik dalam bentuk sayuran atau acar.
Sementara itu, penduduk wilayah Amazon sudah banyak yang menanam pare di pekarangan rumahnya. Tanaman ini  dijadikan sebagai tanaman obat dan sayuran. Penduduk tersebut mnambahkan buah atau daun pare dalam sayur sup yang dibuatnya sebagai penambah cita rasa.caranya dengan merebus buah atau daun pare tersebut dan menambahkan garam halus sampai setengah matang.
Penduduk Brazil sudah banyak memanfaatka pare untuk mengobatan tumor, luka,rematik, malaria, peradangan, diabetes, mulas, demam, cacingan dan sebagai obat kuat. Selain itu, pare juga banyak dimanfaatkan sebagai obat diabetes dan disentri. Namun, akar tanaman ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai obat kuat. Sementara itu, di Peru, daun pare dimanfaatkan untuk mengobati penyakit campak, malaria, dan beberapa jenis peradangan.
Di Indonesia, secara turun-menurun, pare banyak dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti diabetes, luka, dan penyakit inveksi lainnya. Pare juga dimanfaatkan sebai anti virus untuk mengobati peyakit hepatitis, demam, dan campak.
2.3.         Karakteristik Pare
       Pare atau bitter gourd atau balsam pear bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asia tropis, terutama daerah India bagian barat yakni Assam dan Burma. Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat, buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji-biji pare dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative
       Pare merupakan jenis tanaman semak musim yang tumbuh menjalar atau merrambat dengan menggunakan sulur panjang. Sulur tumbuh disamping daun yang sering membentuk spiral.tanaman ini memiliki aroma atau  mempunyai bau langu yang khas. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih.  Struktur batang pare tidak berkayu. Batang tegaknya berusuk lima dan berwarna hijau. Batang mudanya berambut dan akan menghilang setelah tua.


Gambar tanaman pare


Daun pare berbentuk bulat telur, berbulu dan berlekuk . Susunan tulang daunnya menjari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daunnya mencapai 7-12 cm. daunnya berwarna hijau tua di bagian permukaan atas dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau kekuningan. Letak daun pare berseling dengan panjang tangkai 1,5-5,3 cm.


Gambar daun tanaman pare

Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning menyala . Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri tempel, halus dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak . panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm, sedangkan tangkai bunga betina panjangnya 1-10 cm.


     

Bunga tanaman pare

Buah pare berasal dari bunga pare betina yang telah mengalami proses penyerbukan. Buah ini berbentuk bulat memanjang dengan permukaan berbintil-bintil dan berasa pahit. Bagian buah yang masak berwarna jingga. Daging buahnya tebal dan didalamnya terdapat biji yang banyak. Biji pare berbentuk bulat putih danpermukaannya tidak rata. Biji pare keras karena memiliki kulit yang tebal dengan warna coklat kekuning-kuningan. Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat perbanyakan tanaman pare secara generative.

2.4.          Nama Daerah Dan Klasifikasi Dalam Taksonomi Tumbuhan
Wilayah penyebaran pare yang sangat luas menyebabkan tanaman ini dikenal dengan berbagai nama daerah. Masyarakat Jawa menyebut tanaman ini dengan nama pare. Berbeda dengan masyarakat Batak, Bugis, Bima, Makassar dan Sunda yang menyebutnya paria. Dibeberapa wilayah di Sumatera, pare dikenal dengan nama prieu, paria, folia, dan kembeh. Nama lainnya adalah papare (Jakarta), pepareh (Madura), paya (Bali), prien (Gayo), popare (Manado), papalia (Maluku), paya, pariak (Nusa Tenggara) dan foria (Nias).
Di beberapa negara, pare juga dikenal sesuai dengan bahasa yang digunakan. Misalnya, di Jerman disebut dengan margose dan di Spanyol disebut dengan curdiamor. Nama lainnya adalah ampalaya (Filiphina), kerela (India) dan fukwa (Cina). Di Jepang umumnya disebut kiuri, tetapi penduduk Kepulauan Okinawa yang banyak mengonsumsi pare menyebutnya goya. Sementara itu, dalam bahasa Inggris pare disebut dengan bittergourd, balsampear, atau bittermelon.
Berdasarkan ilmu taksonomi atau klasifikasi tumbuhan, pare dikelompokkan sebagai berikut.
Divisi (divisio)             : Spermatophyte
Anak divisi (sub divisio)         : Angiospermae
Kelas (class)                            : Dicotyledoneae
Bangsa (ordo)                        : Cucurbitales
Suku ( family   )                       : Cucurbitacae
Marga (genus)                         : Momordica
Jenis (spesies )                          : Momordica charantia
            Kelompok tanaman yang termasuk suku cucurbitaciae atau timun timunan ini memiliki 96 marga dan 750 jenis. Genus atau marga momordica sendiri tersebar diseluruh dunia, terutama diafrika sekitar 45 spesies. Beberapa jenis tanaman yang berkerabat dekat dengan pare dan sudah dibudidayakan antara lain oyong (luffa acutangula L.Roxb),labu atau waluh besar (cucurbita moschatta Duch ex Poir), labu siam (sechium edule Jacq Sw), beligo (benin casa histida), dan mentimun (cucumis sativus L.).
.
2.5.         Manfaat Pare
Di Indonesia, pare atau paria telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional atau jamu. Salah satu manfaat tanaman ini yang belum banyak digali adalah efeknya sebagai antilipidemik yang dapat memperbaiki profil lipid darah.
Pare memiliki kandungan dan manfaat untuk kesehatan kulit. Pare memiliki kandungan vitamin C, kalium, dan karoten. Vitamin C dalam pare bermanfaat untuk menjaga kulit dari sinar ultra violet, dan mencegah kerutan di wajah. Manfaat pare sangat baik sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, sehingga dapat difungsikan untuk memperlambat penuaan dan menyegarkan kulit. Antioksidan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sel-sel kulit yang rusak akibat radikal bebas dan menangkal radikal bebas. Antioksidan dalam bahan kosmetik dapat memberikan efek melembabkan dan mencerahkan kulit, dengan demikian kulit tidak hanya terjaga kelembapannya namun terlihat lebih bercahaya.
Buah Pare yang sering digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias paria kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS. Akan tetapi, biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria. Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur, dapat mematikan sperma, memicu impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver. Bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.

2.6.         Manfaat pare sebagai tanaman obat
Dalam agenda pengobatan tradisional, pare memberkan andil yang cukup besar bagi masyarakat. Selain kandungan gizinya yang tinggi pare juga mempunyai khasiat sebagai obat, sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan ramuan jamu. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Pengobatan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern.
Beberapa penelitian sudahmembuktikan adanya sejumlah bahan alami yang bisa dijadikan obat. Tanaman yang telah diteliti dan memberi indikasi positif dalam penyembuhan hiperlipidemia diantaranya adalah tanaman yang biasa dipakai sebagai bahan sayur dan bumbu dapur. Salah satu bahan alam yang bisa dijadikan alternatif dalam mengontrol kadar lipid adalah
pare (Momordica charantia).

a.     Pengaruh ekstrak buah pare terhadap berat kelenjar prostat
Dalam pengujian empat puluh ekor tikus putih jantan dengan bobot badan 200-250 gram diaklimatisasi, dan diobservasi untuk melihat kondisi hewan. Hewan diinduksi dengan testosteron propionat0,1 mg/200 g BB per oral secara terusmenerus selama14 hari. Setelah itu, tikustikus itu dibagi menjadi 5 kelompok (masingmasing
kelompok terdiri dari 8 ekor tikus) sebagai berikut:
-       - kelompok ekstrak buah pare dosis 600 mg/kg
-       bobot badan
-       - kelompok ekstrak buah pare dosis 300 mg/kg
-       bobot badan
-       - kelompok ekstrak buah pare dosis 150 mg/kg
-       bobot badan
-       - kelompok ekstrak buah pare dosis 75 mg/kg
-       bobot badan- kelompok kontrol (menggunakan akuades).

Setelah pemberian 14 hari, berat kelenjar prostat paling ringan terlihat pada dosis 600 mg, diikuti dosis 300 mg, 150 mg, 75 mg/kg BB, dan (yang paling berat) akuades.
Perbedaan bermakna hanya terlihat pada dosis 600 mg/ kg BB, dibanding dengan akuades (uji ANOVA,p <0,01)



Rata-rata berat kelenjar prostat (dalam mg) pada berbagai kelompok perlakuan.
Keterangan: Dosis 1 = 600 mg/kg BB, Dosis 2 = 300 mg/kg BB, Dosis 3 = 150 mg/kg BB,
Dosis 4 = 75 mg/kg BB, Dosis 5 = Akuades.


Ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia) 70% dalam dosis 600 mg/kg BB dapat menurunkan berat kelenjar prostat tikus yang diinduksi dengan testosteron propionat.


            Buah pare mengandung charatin dan alkaloid yang pahit, yaitu momordicin. Momordicin banyak digunakan masyarakat untuk penyembuhan demam dan pengusir cacing kremi. Table 1. Berikut menerangkan senyawa kimia yang terdapat dalam tanaman pare, kususnya buah, daun, dan biji, serta pemanfaatannya bagi dunia pengobatan.

Table 1. senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman pare dan pemanfaatannya sebagai obat

Bagian tanaman pare
Senyawa kimia yang terkandung
Pemanfaatan
Buah
Karbohidrat, momordisin, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin, flafonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat, alkaloid, karatonoid charantin, chorine, cryptoxanthin, cucurbitins, cucurbitacins, cucurbitanes, cydoartenols, diosgenin, asam elaeostearid, arythodiol, asam galakturonik, asam gentisik, goyoklicosides, goyasaponis, guanylate cyclase inhibitors, gypsogenin, hydroxytryptamines, karounidios, lanosterol, lauric acid, asam linoleat, momorcharasides, momorcharins, momordenol, momordicilyn, momordicins, momordicinin, momordicosides, momordin, multiflorenol, myristic acid, nerolidol, asam oleat, asam oksalat, penta decons, peptides, petroselinic acid, polypeptides, ribosome-inactivating proteins, rosmorinik acid, rubixanthin, spimasterol, steroidal glycosides, stigmasto-diouls, stikmasterol, toraxerol, trehalose, trypsin inhibitors, urasil, vaccine, v-insulin, verbascoside, vicine, zeatin, zeatin reboside, zeaxonthin, dan zeinoxanthin.
Penurunan panas, obat cacing, sakit saat haid, terlambat haid, nifas, memperlancar ASI, batuk, luka, bisulan, sembelit, menambah nafsu makan, mual, sakit liver, malaria, demam, sifilis, dan kencing nanah.
Daun
Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, soponin, flavonoid, steroid/triterpenoid, asam venolat, alkaloid, dan karotonoid.
Penurunan demam, obat cacing, penurunan kadar gula darah atau diabetes mellitus, obat batuk, radang tenggoro, rasa haus karena panas demam, malaria, pingsan karena panas, meningkatkan air susu, meningkatkan nafsu makan, penyakit disentri, rematik, sariawan, sakit saat haid, dan bisa menyuburkan rambut pada anak balita
Biji
Asam lemak, asam butirat, asam palmitat, asam linuleat, dan asam streorat
Obat cacing, obat luka, impotensi, dan kangker

Table 2. pemanfaatan pare dalam pengobatan di manca Negara



2.7.         Macam macam pare
a.       Pare yang dikenal masyarakat
Pare yang dikenal masyarakat ada tiga macam yakni pare hijau, pare putih, dan pare ular. Uraian ketiga jenis pare tersebut sebagai berikut.
·         Pare hijau. Sesuai dengan namanya, pare ini berwarna hujau dan rasanya pahit. Jenis pare hijau yang dikeal masyarakat Antara lain pare ayam, pare kodok, dan pare alas atau pare gengge.buah pare hijau ini terbentuk lonjung kecil dan berbintil halus. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan pare putih.

Gambar buah pare hijau



·         Pare putih dikenal dengan mana pare gajah atau pare mentega. Buah pareh putih berwarna putih kekuningan, berbetuk bulat dengan panjang 30-50cm dan ber4daging tebal. Permukaannya berbintil bintil besar yang arahnya sepanjang buah. Rasa buah pare putih ini tidak terlalu pahit  seperti pare hijau.



Gambar pare putih

·         Pare ular dikenal dengan nama pare belut dan pare alas atau pare leuweung. Permukaan kulit buahnya berwarna hijau keputihan, menyerupai kulit ular. Rasa buah pare ular ini tidak sepahit pare hijau bentuk buahnya bulat memanjang. Buah pare ular ini unik karena mudah sekali melengkung. Biasanya, agar tetap lurus, ujung buah diberi pemberat berupa batu kecil.

Gambar pare ular

Dilihat dari kekerabatannya dalam dunia tumbuhan, pare ular tidak dimasukkan dalam kelompok marga atau genus yang sama dengan pare hijau dan pari putih.pare ular termasuk genus trichosanthus dengan nama spesies trichosanthus anquina L. sementara itu, pare hijau dan pare putih termasuk genus momordica.

b.      Pare yang diproduksi di Indonesia
Paling tidak, ada delapan varietas pare dari kelompok genus momordica yang doproduksi oleh perusahaan benih didunia. Varietas pare yang diproduksi di Indonesia adalah giok 9 F1 (hibrida). Penampakan buah pare jenis ini sangat menarik yakni berbentuk silindris pendek gemuk dan ujugnya tumpul, tidak bergerigi, dan berwarna hijau tua. Daging buahnya tebal dan empuk. Rasanya tidak begitu pahit. Panjang buah biasa mencapai 20cm dengan diameter 8cm.bobotnya mencapai 350 gram perbuah atau sekitar 3 buah perkilogramnya. Umur panenya 50 hari setelah masa semai dengan produksi mencapai 6 kilogram pertanaman.

c.       Kelebihan dan kelemahan pare hibrida
Pare hibrida memiliki kelebihan dan kekurangan. Umumnya, pare hibrida dikatakan unggul karena memiliki kelebihan sebagai berikut.
·         Umur tanaman untuk berbuah sampai panen relative pendek.
·         Produksi buah yang dipane relative tinggi, yaitu mencapai 6 – 15 kilogram pertanaman.
·         Buahnya besar dengan berat rata – rata 300 – 900 gram perbuah
·         Buah yang dipanen memiliki kualitas prima berukuran seragam dan rasanya tidak terlalu pahit.
Pare hibrida ini memiliki kekurangan yang harus diperhatikan oleh para petani atau pembudidaya pare. Salah satu kekurangannya adalah biji – biji dari turunan pertama pare hibrida tidak baik juka dibenihkan kembali. Umumnya, tanaman yang tumbuh dari biji pare yang berasal dari buah tanaman turunan pertama berbeda dengan sifat – sifat induknya sering kali, tanaman tersebut menyimpan atau mengalami segregasi dari sifat sifat induknya yang unggul. Karena itu membenihkan pare dari jenis tanaman pare hibrida tidak dianjurkan.(Subahar 2004)

2.8.Kandungan Gizi Sayuran Pare
Buah pare adalah bagian tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan gizinya yang realif besar (table 2.). bagian tanaman pare yang lain memiliki kandungan gizi tinggi adalah daunnya (Tabel 3.). Karena itu pemannfaatannya dijadikan berbagai jenis makanan olahan harus tetap dimasyarakatkan.
Table 1. gizi yang terkandung dalam setiap 100 gram buah pare segar (mentah)

Table 3. Gizi yang terkandung dalam setiap 100 gram daun pare segar (mentah)


          Di dalam buah pare banyak mengandung bahan aktif seperti cucurbitasin (zat pahit), momordikosid, momorkarin, momordisin, momordin, asam trikosapar, resin, asam resina, vitamin A, B, dan C, karantin, hydroxytryptamine, dan saponin. Daging buah pare mengandung momordisin, momordin, momordiasin, asam resinat, dan sterol (stigmasterol dan β-sitosterol).
            Dari penelitian yang dilakukan Anila dan Vijayalakshmi (2000), salah satu kandungan dari pare yang diduga mempunyai efek antilipidemik adalah senyawa flavonoid.8 Flavonoid adalah metabolit sekunder dari tanaman yang merupakan antioksidan potensial pencegah pembentukan radikal bebas.
            Kandungan lain dalam pare yang diduga berperan dalam menurunkan resiko aterosklerosis adalah vitamin. Vitamin A dan E berperan sebagai anti oksidan, vitamin C menguatkan dinding pembuluh darah, dan vitamin B3 yang menurunkan produksi very low density lipoprotein (VLDL) yang dapat menghambat terjadinya aterosklerosis.

2.9.          Panen
       Tanaman pare mulai berbuah pada umur 2,5 bulan sejak tanaman benih atau 1,5 bulan setelah pindah tanaman bibit dari persemaian. Panen pertama buah pare muda dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak tanaman benih atau 2 bulan setelah pindah tanaman bibit dari persemaian. Panen berikutnya dilakukan secara periodic 2 kali seminggu atau tergantung kebutuhan.
Ciri-ciri buah pare yang siap dipanen adalah sebagia berikut.
·         Ukuran buah maksimum, namu tidak terlalu tua.
·         Bintil-bintil permukaan kulit tampak melebar dan hampir merata.
·         Buah berwarna hijau keputi-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau varietasnya.








Pemanenan buah pare jangan terlambat, karena dapat menurunkan kualitas hasil, Antara lain menjadi tidak enak dimakan. Sebaliknya, panen buah pare terlalu awal (amat muda) berpengaruh menurunkan produksi buah.
Cara panen buah pare dengan memetik satu persatu bersama dengan tangkai buah. Pemetikan dilakukan dengan tangan, pisau, maupun gunting tajam. Daya hasil buah pare dapat mencapai 30 butir per tanaman.
Lahan kebun seluas 1 hektar dapat menghasilkan 25 ton – 30 ton atau lebih. Pare varietas hibrida dengan populasi 810 tanaman dan rata- rata berat perbuah 500 gram dapat menghasilkan lebih dari 40 ton perhektar.

2.10.    Hasil Olahan Sayuran Pare
Selama ini, pemanfaatan buah pare yang dilakukan adalah dengan mengolahnya menjadi sayuran, teh, dan manisan, baik itu manisan basah maupun kering. Namun sejauh ini pengolahan pare menjadi sayuran atau teh masih membuat masyarakat enggan mengkonsumsinya dikarenakan masih tersisa rasa pahit. Pengolahan buah pare menjadi manisan lebih disarankan karena dapat menyamarkan rasa pahit, memperpanjang umur simpan, sekaligus meningkatkan nilai ekonomi buah pare.
Rentang waktu produksi manisan buah pare dan konsumsinya membuat perlu disimpan terlebih dahulu. Biasanya manisan basah hanya disimpan di suhu ruang atau di refrigerator. Penyimpanan manisan ini akan menyebabkan penurunan mutu produk seperti: perubahan kimia, pertumbuhan mikroba, dan sensorisnya. Perubahan sensoris selama penyimpanan dapat mempengaruhi penerimaan
konsumen.





BAB III
KESIMPULAN

            Kesimpulan yang dapat diambil, antara lain:
1.      Pare (Momordica charantia L.) adalah sayuran yang memiliki khasiat tinggi bagi kesehatan. Akan tetapi apabila dikonsumsi terlalu banyak maka dapat mengakibatkan efek yang buruk bagi kesehatan.






DAFTAR PUSTAKA

Artanti, D. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Pare (Momordica charantia) terhadap Kadar Trigliserida Serum Tiku Wistar Jantan yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Semarang: Universitas Diponegoro
Burhan, F. U. dan Maspiyah. 2013. Pengaruh Proporsi Tepung Buah Pare dan Cream Original Lulur pada Hasil Uji Lulur untuk Perawatan Tubuh. e-Journal Vol. 02 No. 02. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Hernawati. Potensi Buah Pare (Momordica charantia L.) sebagai Herbal Antifertilitas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Shintawati, R. dkk. 2011. Kadar Lipid Darah Mencit Betina Middle-Aged Galur Swiss Webster setelah Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia L.). MKB Vol. 43 No. 2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Winarno, M. W. dkk. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica charantia) terhadap Gambaran Sel Epitel Kelenjar Prostat Tikus Putih. CDK 186 Vol. 38 No. 5. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI
Subahar, tati S.S dan tim lentera. 2004. Sehat dengan ramuan tradisional khasiat dan manfaat pare sipahit pembasmi penyakit. Tanggerang : PT. AgroMedia pustaka
Rukman, Rahmat. 2000. Budi Daya Pare. Solo: Kanisius.

Riyadi, nur her et al. 2015. Mengangkat potensi pare (Momordica charantia) menjadi produk pangan olahan sebagai upaya diversifikasi. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1167-1172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar